Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir Sompilan Ngasem, Yogyakarta,
12 April 1912-Wafat Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988. Raja
Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.Beliau kita kenal sebagai
Bapak Pramuka Indonesia, pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka.
Beliau lahir dengan
nama GRM Dorojatun pada 12 April 1912, Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri
Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Sejak umur 4 tahun
Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarga dan memperoleh pendidikan di
HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an
kuliah di Universiteit Leiden, Belanda, disinilah beliau mendapat panggilan “SultanHenkie”.
Sri SHB IX adalah contoh bangsawan yang demokratis. Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat HB IX menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta di kemudian hari. Tradisi keraton yang kurang menguntungkan dan dengan alternatif budaya baru HB IX menghapusnya.
Sri SHB IX adalah contoh bangsawan yang demokratis. Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Pendidikan Barat yang dijalaninya sejak usia 4 tahun membuat HB IX menemukan banyak alternatif budaya untuk menyelenggarakan Keraton Yogyakarta di kemudian hari. Tradisi keraton yang kurang menguntungkan dan dengan alternatif budaya baru HB IX menghapusnya.
Menentang penjajahan dan mendorong
kemerdekaan Indonesia.
Wawasan
kebangsaan HB IX juga terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik
Indonesia dengan sangat konsekuen. Segera setelah Proklamasi RI ia mengirimkan
amanat kepada Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk
mendukung pemerintahan RI. Ketika Jakarta sebagai ibukota RI mengalami situasi
gawat, HB IX tidak keberatan ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta. Begitu juga
ketika ibukota RI diduduki musuh, ia bukan saja tidak mau menerima bujukan
Belanda untuk berpihak pada mereka, namun juga mengambil inisatif yang
sebenarnya dapat membahayakan dirinya, termasuk mengijinkan para gerilyawan
bersembunyi di kompleks keraton pada serangan oemoem 1 Maret 1949. Jelaslah
bahwa ia seorang raja yang republiken. Setelah bergabung dengan RI, HB IX
terjun dalam dunia politik nasional.
Sejak
1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin
Presiden Soekarno.Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama
di bidang Ekuin.
Berikut jabatan yang pernah di embannya :
a.
Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
b.
Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
c.
Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 - 11
November 1947 dan 11 November 1947 - 28 Januari 1948)
d.
Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
e.
Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri
pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
f.
Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
g.
Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951)
h.
Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
i.
Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
j.
Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan
Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
k.
Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
l.
Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (5 Juli 1959)
m. Ketua Delegasi
Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
n.
Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)
o.
Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
p.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
q.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
r.
Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)
s.
Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 - 23 Maret 1978)
Bapak Pramuka Indonesia.
Semangat menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang
tumbuh di Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan terus berkobar. Hal itu membuat Presiden Soekarno lantas berkoordinasi dengan Pandu Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
setelah proklamasi kemerdekaan terus berkobar. Hal itu membuat Presiden Soekarno lantas berkoordinasi dengan Pandu Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Pada 20 Mei 1961 terbitlah Keppres
No 238 / 1961, yang melebur seluruh organisasi kepanduan pada satu wadah
yaitu Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka diperkenalkan pada tanggal 14 Agustus
1961, dengan penyerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka dari Presiden Soekarno
kepada Sri Sultan HB IX, yang selanjutnya diperingati sebagai Hari
Pramuka.
Gerakan
Pramuka memang lahir dari berbagai organisasi kepanduan yang tersebar di Tanah
Air. Dalam masa peralihan itu peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat besar
hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX dipercaya mendampingi perjalanan
kepengurusan Gerakan Pramuka di tingkat nasional, yaitu sebagai Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka selama 4 periode untuk masa bakti 1961-1963,
1963-1967,1967-1970 dan 1970-1974.
Kiprah
Sri Sultan Hamengku Buwono dalam pembinaan Gerakan Pramuka tidak hanya di dalam
negeri. Konsep-konsep pemikiran beliau tentang kepanduan atau Gerakan Pramuka
mendapat sambutan yang luar biasa. Salah satunya pidato Sri Sultan Hamengku
Buwono IX di Konferensi Kepramukaan Se dunia tahun 1971, mendapat sambutan yang
luas. Ketika itu, Sultan mengajak organisasi kepanduan terlibat dalam
pembangunan masyarakat. Alhasil, pidato itu menjadi arah baru pembinaan
kepanduan di seluruh dunia.
Atas
jasa-jasanya yang luar biasa bagi kepramukaan internasional, Sri Sultan
dianugerahi Bronze Wolf Award pada tahun 1974, penghargaan tertinggi World
Organization of the Scout Movement. Sri Sultan merupakan warga negara Indonensia
yang pertama yang memperoleh penghargaan itu. Sebelumnya tahun 1973, beliau
mendapat penghargaan dari Boy Scouts of America berupa Silver World Award.
Melalui Surat Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun
1988 di Dili, Timor Timur nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka, mengukuhkan
almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka. Gerakan Pramuka
juga memberi penghargaan tertinggi kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX berupa
Lencana Tunas kencana. Penghargaan tersebut juga diterima oleh Presiden ke-2
Republik Indonesia, almarhum H.M. Soeharto.
Wakil Presiden.
Pada
tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatan pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden
dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan
sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif
seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN. Minggu malam pada 1 Oktober
1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat
dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar